Yuhuuuu…

Yuhuuuu…

Aku mendengar panggilan itu. Suara yang jelas aku kenal. Namun aku memilih mengacuhkan. Maaf, aku tengah sibuk bekerja. Hidup butuh uang.

Yuhuuuu…

Kembali aku mendengar panggilan itu. Hatiku berdetak kencang. Tapi otakku yang menang. Kerja kerja kerja. Uang uang uang.

Yuhuuuu…

Kali ini aku tak mendengar. Asyik bercengkerama dengan uang . Menikmati kehidupan.

Hingga suatu hari. Aku sudah tua dan berencana menikmati masa pensiun. Cucuku datang. Membawa kesedihan dalam matanya.

“Kenapa ?” tanyaku.

“Apakah Kakek yang menandatangani ijin pendirian sebuah pabrik semen di Rembang ?”

Aku terkejut. Pertanyaan apa ini.

“Jika benar. Aku malu punya kakek seperti Kakek !”

Aku terperanjat. Mendadak kupingku menangkap suara lain.

Yuhuuuu…

Yuhuuuu…

Leave a comment